Yeti atau Manusia Salju yang Menakutkan
adalah sejenis primata besar yang menyerupai manusia yang menghuni
wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet. Nama Yeti dan Meh-Teh
umummnya digunakan secara luas oleh masyarakat di
wilayah tersebut, [1] dan dianggap sebagai kisah sejarah dan mitos yang masih misterius. Orang-orang Nepal juga menyebutnya Bonmanche yang berarti “manusia liar” atau “Kanchanjunga rachyyas” yang berarti “Iblis Kanchanjunga.”
wilayah tersebut, [1] dan dianggap sebagai kisah sejarah dan mitos yang masih misterius. Orang-orang Nepal juga menyebutnya Bonmanche yang berarti “manusia liar” atau “Kanchanjunga rachyyas” yang berarti “Iblis Kanchanjunga.”
Berbicara soal pegunungan Himalaya,
maka kita tak bisa lepas dari sosok makhluk misterius bernama Yeti.
Meski keberadaannya masih diragukan, namun penduduk desa di Himalaya dan
para pemburu di sana percaya Yeti adalah penghuni di pegunungan
Hilamaya.
Yeti atau manusia salju yang menakutkan adalah sejenis primata besar yang menyerupai manusia yang menghuni wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet. Nama Yeti dan Meh-Teh umumnya digunakan secara luas oleh masyarakat di wilayah tersebut, dan dianggap sebagai kisah sejarah dan mitos yang masih misterius. Orang-orang Nepal juga menyebutnya “Bonmanche” yang berarti “manusia liar” atau “Kanchanjunga rachyyas” yang berarti “Iblis Kanchanjunga.”
Yeti atau manusia salju yang menakutkan adalah sejenis primata besar yang menyerupai manusia yang menghuni wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet. Nama Yeti dan Meh-Teh umumnya digunakan secara luas oleh masyarakat di wilayah tersebut, dan dianggap sebagai kisah sejarah dan mitos yang masih misterius. Orang-orang Nepal juga menyebutnya “Bonmanche” yang berarti “manusia liar” atau “Kanchanjunga rachyyas” yang berarti “Iblis Kanchanjunga.”
Tahun 1832, makhluk misterius ini pertama
kali mencuat ke dunia. Ketika itu perwakilan Inggris yang berada di
Nepal bernama B.H. Hodgson mengaku pernah bertemu makhluk dengan
ciri-ciri fisik berbulu hitam tidak berekor dan berjalan tegak.
Ratusan tahun berselang pada 1951,
pendaki Inggris bernama Eric Shipton bahkan mensiarkan foto-foto jejak
kaki Yeti. Jejak kaki itu panjangnya 13 inci dengan lebar 8 inci. Mulai
itulah nama Yeti mulai terkenal di dunia.
Penduduk desa di Himalaya dan para
pemburu setempat menyebutkan kalau mahluk itu pandai menyembunyikan
diri, hal itu karena habitatnya terletak jauh dari jalur manusia.
Para pemburu di Himalaya mengatakan bahwa Yeti bukan manusia, dan mereka juga tidak tinggal di zona bersalju. Tempat tinggalnya adalah hutan Himalaya yang paling tinggi, dalam kelebatan yang nyaris tak tertembus. Di sana mahluk ini terkenal bergerak menggunakan keempat anggota badan atau berayun dan pohon ke pohon.
Para pemburu di Himalaya mengatakan bahwa Yeti bukan manusia, dan mereka juga tidak tinggal di zona bersalju. Tempat tinggalnya adalah hutan Himalaya yang paling tinggi, dalam kelebatan yang nyaris tak tertembus. Di sana mahluk ini terkenal bergerak menggunakan keempat anggota badan atau berayun dan pohon ke pohon.
Kalau mahluk ini berkelana ke zona
bersalju, tempat pendaki gunung mungkin melihatnya atau melihat jejak
kakinya, mahluk ini berjalan tegak dengan gaya yang canggung. Sherpa,
penduduk asli di Nepal menduga bahwa alasan mahluk ini melintasi ladang
bersalju adalah mencari lumut yang mengandung garam yang tumbuh di batu
moraine. Ilmuan Inggris, Ivan Sanderson mengatakan bahwa mahluk itu
bukan mencari lumut melainkan lumut kerak, yang kaya dalam gizi.
Akhir tahun 2007 lalu, sekelompok penjelajah, mengatakan telah menemukan bukti baru mengenai keberadaan mahluk Yeti di Himalaya Nepal, sehingga timbul kehebohan baru di antara mereka yang percaya bahwa mahluk salju itu benar-benar ada.
Akhir tahun 2007 lalu, sekelompok penjelajah, mengatakan telah menemukan bukti baru mengenai keberadaan mahluk Yeti di Himalaya Nepal, sehingga timbul kehebohan baru di antara mereka yang percaya bahwa mahluk salju itu benar-benar ada.
Para penjelajah dari serial “Destination
Truth”, mengatakan mereka menemukan tapak-tapak kaki Yeti ketika mencoba
mengungkap misteri itu untuk film dokumenter televisi. “Kami membawa
tapak-tapak kaki ini ke Amerika Serikat untuk dianalisa lebih lanjut,”
kata Josh Gates, pembawa acara serial tersebut kepada Deutsche
Presse-Agentur di Kathmandu.
Salah satu tapak yang diperlihatkan Gates
terdiri dari satu kaki utuh yang besarnya hampir dua kali ukuran tapak
kaki manusia. Para penjelajah itu mengatakan mahluk tersebut tingginya
bisa sampai 2,4 meter.
Menurut Gates, tapak kaki itu ditemukan
di suatu daerah terpencil yang tidak ditinggali manusia yang jaraknya
tiga hari berjalan kaki dari Lukla, daerah yang jauhnya sekitar 250
kilometer arah barat laut dari ibu kota Nepal, Kathmandu. Banyak orang
Nepal Himalaya dan Tibet percaya bahwa makhluk itu ada, meskipun bukti
pastinya masih belum terungkap.
Bukti-bukti yang pernah diajukan seperti
tengkorak dan pecahan tulang sudah ditolak para ahli yang menyebut
tulang itu adalah tulang hewan. “Ada banyak orang yang Himalaya yang
punya pengalaman sejati, dan saya tidak tahu bagaimana caranya agar kami
bisa memasukkan semua saksi mata,” kata Gates.
Bagi Gates dan timnya, penemuan itu
merupakan suatu yang tidak terduga, setelah mereka berkeliling ke
puluhan negara demi mencari mahluk-mahluk sejenis Yeti. “Berbicara
dengan penduduk setempat tentang penampakan yang mereka lihat dan
menemukan sepotong bukti, meskipun bukan bukti nyata yang menyakinkan,
adalah hal yang menggairahkan,” kata Gates.
Bigfoot
Bigfoot merupakan makhluk misterius yang
diciri-cirikan sangat besar,diperkirakan tingginya mencapai 2,5m. dengan
bulu-bulu yang menutupi seluruh tubuhnya. Bigfoot dilaporkan telah
ditemukan didaerah Kanada dan Amerika Utara sejak abad 19-an. Di lihat
dari jejak kakinya diperkirakan beratnya mencapai 400 kg. Bigfoot
dikenal juga dengan nama Sasquatch. Sasquatch adalah nama hewan legenda
yang beredar di Amerika Utara.
Bigfoot yang berarti kaki besar adalah
makhluk berukuran raksasa sisa peninggalan zaman purba. Diperkirakan,
hewan tersebut masih hidup di kawasan pegunungan bersalju, di antaranya
di Amerika Serikat dan gunung Himalaya China, dan orang percaya makhluk
ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan nama-nama yang berbeda,
seperti Yeti di Tibet dan Nepal, Yeren di China dan Yowie di Australia.
Diberi nama Bigfoot karena belum ada orang yang berhasil melihat wujud aslinya. Sejauh ini, orang-orang hanya bisa menemukan jejak kakinya yang berukuran raksasa.
Diberi nama Bigfoot karena belum ada orang yang berhasil melihat wujud aslinya. Sejauh ini, orang-orang hanya bisa menemukan jejak kakinya yang berukuran raksasa.
Jejak kaki raksasa itu pertama kali
ditemukan seorang wartawan asal California, Amerika Serikat pada Maret
1999. Malam itu dia tengah bermobil menuju Oregon. Di sebuah tempat
sunyi, dia mampir di sebuah warung makan. Tiba-tiba terdengar kegaduhan.
Dia berlari menuju mobilnya. Sebuah jejak kaki raksasa tercetak di
sekitar mobilnya. Dia melihat ke sekeliling, samar-samar seekor binatang
raksasa setinggi sekitar 2,5 meter berlari di tengah pekatnya malam.
Sejak itulah legenda Bigfoot bermula.Dan seiring maraknya video-video
kenampakan Bigfoot,jumlah saksi yg pernah melihat Bigfoot pun semakin
bertambah hingga jumlahnya menjadi ratusan bahkan puluh ribuan orang.
Para ahli menduga Bigfoot adalah gorila setengah manusia. Memiliki tinggi dua hingga empat meter, berjalan tegak dengan kedua kakinya. Bulunya tipis berwarna abu-abu dengan kepala hitam kemerah-merahan. Jari kakinya berjumlah lima, sama dengan manusia dan kera. Bobotnya mencapai 230 kilogram.
Para ahli menduga Bigfoot adalah gorila setengah manusia. Memiliki tinggi dua hingga empat meter, berjalan tegak dengan kedua kakinya. Bulunya tipis berwarna abu-abu dengan kepala hitam kemerah-merahan. Jari kakinya berjumlah lima, sama dengan manusia dan kera. Bobotnya mencapai 230 kilogram.
Binatang ini memiliki kecerdasan di atas
kera, namun jauh di bawah manusia. Rakyat di sekitar pegunungan Himalaya
sering mendengar auman suaranya. Bigfoot tak ganas, bahkan cenderung
pemalu. Wajahnya ramah, seperti halnya kera jinak. Binatang ini
cepat-cepat menyingkir jika bertemu manusia.Namun walaupun pemalu,ada
saksi yang berkata bahwa dia dilempari batu-batu besar oleh sesosok
makhluk raksasa yg tingginya sekitar 2-2,5 m yg diduga Bigfoot.
Dilihat dari anatominya, para ahli
menduga Bigfoot merupakan hewan jenis Gigantopithecus. Fosil binatang
raksasa ini banyak ditemukan di China. Namun ada pula yang menyatakan
Bigfoot merupakan Homoerectus (kera berjalan tegak).
Kembali kepada Bigfoot yang ditemukan di
Georgia. Saat ini, para ahli tengah meneliti binatang tersebut. Akan
dilakukan tes DNA untuk memastikan, siapakah jati diri makhluk raksasa
itu sebenarnya. Apakah dia benar-benar Bigfoot atau hanya gorila yang
banyak ditemui di hutan dan kebun binatang.
Lokasi bigfoot di kandang kini dijaga
ketat, tak sebarang orang boleh masuk, apalagi melihat sosok misterius
itu. Seorang wartawan melaporkan, binatang itu dimasukkan dalam kandang
yang diberi es. Karena sifatnya dirahasiakan, publik khawatir jika
penemuan bigfoot itu hanya sensasi belaka. Mirip berita penemuan bahan
bakar air alias ”blue energi”beberapa waktu silam. Jika benar demikian,
berarti misteri bigfoot masih belum terungkap. Para ahli harus terus
bekerja keras menyusuri jejak-jejak kaki raksasa untuk mengungkap
misteri ini
Makhluk itu tidak pernah ditemukan
secara meyakinkan. Yang ada hanyalah cerita dan foto-foto kabur yang
masih dipertanyakan keasliannya. Tapi mengapa mitos dan legenda mengenai
makhluk serupa kera besar itu hadir mendalam di berbagai kebudayaan?
Makhluk
besar berbulu yang berjalan seperti manusia itu disebut-sebut
bersembunyi di hutan-hutan atau wilayah yang sulit kita jangkau. Di
Amerika utara mereka disebut Bigfoot atau Sasquatch. Di Asia, terutama
kawasan Himalaya, mereka dikenal dengan Yeti atau manusia salju yang
mengerikan. Di Amerika Selatan, kawasan Amazon, ada sebutan Mapinguari,
sedang di Australia julukannya adalah Yowie.
Benarkah makhluk-makhluk itu ada di alam
nyata? Seorang Sherpa tua di Himalaya pernah berkata, “Yeti itu ada di
balik pikiran semua manusia, hanya mereka yang diberkatilah yang tidak
dihantui makhluk itu.”
Ada atau tidak, yang jelas banyak
kebudayaan memiliki cerita tentang manusia berbulu. Penampakan mereka di
Amerika Utara dan Asia sudah dibicarakan sejak awal tahun 1800-an.
Walau sudah banyak cerita, foto, dan jejak kaki mereka, namun sejauh ini
belum pernah ada bukti ilmiah bahwa mereka ada. Tidak pernah ditemukan
kotorannya, tulang belulangnya, serta tubuhnya, hidup atau mati.
Laporan mengenai bigfoot yang pertama
didokumentasikan adalah jejak yang ditemukan seorang pedagang Kanada
tahun 1811. Nama bigfoot (kaki besar) kemudian dikenal luas setelah
adanya laporan media mengenai jejak kaki besar yang ditemukan di Bluff
Creek, California, tahun 1959. Sedangkan foto bigfoot paling terkenal
diambil tahun 1967 walau masih diperdebatkan keasliannya.
Baru-baru ini, para pencari bigfoot
seolah mendapat harapan baru ketika rambut bigfoot ditemukan penduduk
Teslin di Yukon. Mereka mengklaim menemukan rambut tersebut di sekitar
jejak-jejak besar yang ditinggalkan makhluk setinggi 3 meter, serupa
manusia, yang terlihat di halaman rumah mereka awal bulan ini.
Para ahli genetik dari University of
Alberta kemudian menguji DNA rambut itu untuk mencari tahu siapa
pemiliknya. Para peneliti sesungguhnya menduga rambut itu berasal dari
beruang atau bison yang umum dijumpai di Yukon. Namun bila yang
ditemukan itu ternyata sesuatu yang baru, kita mungkin semakin dekat
pada pengungkapan misteri bigfoot. Adapun hasil penelitian tersebut
sudah diumumkan minggu lalu.
Namun itu nanti dulu. Apapun hasil
penelitian Universitas Alberta, mitos mengenai bigfoot sepertinya tidak
butuh fakta ilmiah untuk selalu menarik perhatian orang.
Mitos atau benar ada?
Bigfoot adalah sesuatu yang nyata bagi
mereka yang mengaku pernah melihatnya. Tapi opini ini terbagi dua.
Sebagian orang meyakini bigfoot sebagai makhluk berdarah daging,
sementara lainnya – termasuk suku-suku asli di Amerika – mempercayainya
sebagai makhluk halus yang menampakkan diri kepada manusia di saat
terjadi kesusahan.
Ralph Gray Wolf, seorang anggota suku
Indian Athapaska dari Alaska, mengatakan, sasquatch menampakkan diri
untuk membantu kelompok yang sedang menghadapi masalah. Mereka membawa
pesan perlunya suatu perubahan.
Hal yang sama juga ditemukan di Inggris,
berkait dengan legenda yang sudah terdengar sejak berabad-abad. Dua
tahun lalu beberapa peneliti mengadakan ekspedisi ke Danau Bolam, dekat
Newcastle. Mereka menelusuri penampakan makhluk tinggi besar dan gelap
yang didengung-dengungkan sejak 18 bulan sebelumnya. Pada suatu hari di
tepian danau yang rimbun, enam orang dari kelompok itu akhirnya melihat
apa yang mereka sebut sebagai Beast of Bolam.
“Apa yang mereka lihat bukanlah bigfoot
atau sasquatch. Ia adalah sosok kabur di pepohonan, dan lebih mirip
hantu daripada makhluk berdaging. Lagipula, andai makhluk itu berdaging,
Inggris bukanlah tempat yang cocok bagi mereka,” kata Richard Freeman,
dari Centre for Fortean Zoology, yang salah satu temannya menjadi saksi
penampakan tersebut.
Hal itu membuatnya yakin, legenda-legenda
mengenai bigfoot – juga Manusia Besar Kelabu dari Ben MacDhui di
Skotlandia dan Raja Kelabu di Wales – sesungguhnya adalah makhluk
paranormal. “Mereka bukan hantu atau jiwa makhluk yang sudah mati. Saya
kira mereka lebih kompleks dari itu.”
Dalam perjalanannya sebagai pemburu
monster profesional, Freeman telah berkelana di seluruh dunia
mengumpulkan cerita dan petunjuk mengenai makhluk-makhluk misterius. Ia
menemukan di banyak kebudayaan, ada type makhluk yang selalu muncul. Ia
menyebutnya sebagai model umum monster internasional, yang di antaranya
adalah naga beserta reptil raksasa lain, makhluk kera besar seperti
sasquatch dan yeti, orang-orang kerdil seperti orang pendek dan kurcaci,
burung raksasa, serta anjing dan kucing jadi-jadian.
“Mungkin monster-monster ini serupa
dengan makhluk-makhluk yang ditemui leluhur kita. Persepsi leluhur
mengenai makhluk itulah yang tersisa dalam pikiran kita. Nah, dalam
kondisi tertentu, makhluk itu seolah muncul di hadapan kita.”
“Makhluk dalam pikiran itulah yang
sebenarnya sering muncul. Bila kita mempercayai keberadaan sesuatu, maka
apa yang kita lihat seringkali mewujud sebagai apa yang kita yakini,”
kata Freeman.
Sebagai contoh, dalam percobaan di Loch
Ness, para peneliti mengapungkan sebatang kayu di danau yang dikenal
dihuni monster itu. Kayu diletakkan sore hari ketika sekelompok
wisatawan berkunjung. Hasilnya, sebagian besar pengunjung yakin telah
melihat Nessie, sang penghuni danau!
Orang-orang itu sepertinya sudah memiliki
keyakinan tentang keberadaan monster, sehingga mudah bagi mereka
mengatakan, “Saya melihat Nessie, atau bigfoot, atau Yeti,” ketika
mereka melihat sesuatu.
Nah, mengenai penampakan sasquatch
terakhir di Yukon, hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa bulu
yang ditinggalkan sang monster ternyata adalah bulu bison. Tapi seperti
kejadian-kejadian sebelumnya, cerita dan penampakan bigfoot diperkirakan
bakal terus muncul. Pencarian akan terus berlangsung. Dan kebenaran
mengenai keberadaannya akan tetap tersimpan di mata mereka yang pernah
melihatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar